Aja Dumeh

Memuat...
Aja Dumeh 

Artinya: Jangan mentang-mentang..

Kerendahan hati yang tulus sangat diperlukan sebagai salah satu alat untuk membuka diri dalam memperlajari nilai kehidupan yang saling menghargai. Banyak yang punya kelebihan sedikit (jabatan, ekonomi, status) saja sudah selalu menyombongkan bahkan cenderung memandang rendah yang lain alian mentang-mentang.

Lebih banyak kita menyaksikan, bahwa banyak diantara kita pinter berbahasa baik lisan maupun tulisan, dan dengan cara berbahasa ini pula kita mentang-mentang secara sembunyi melecehkan yang lain, dengan rangkaian dan permainan kata, padahal isinya kosong, bahkan tidak paham, bisa jadi mentang-mentang-nya merasa lebih tua, lebih banyak asam garam dunia. Namun apakah seorang yang sudah banyak makan asam garam butuh pengakuan, bukankah justru harus menjadi teladan yang tidak butuh pengakuan diri, tidak bisakah mengatakan iya adalah iya dan tidak katakan tidak. Karena ini juga menjadi dasar contoh bagi orang lain saat “merasa” memliki sesuatu akan memandang rendah yang lain (mentang-mentang).

Kembali pada kerendahan hati, yang perlu kita junjung, namun untuk bisa hati yang berjiwa besar, tentu segala tingkat perasaan harus di olah, dan untuk bisa mengolah itu, perlu tingkah laku yang baik pula, dan tentu harus ada pengertian yang tepat guna juga.

Dalam Kehidupan berumah tangga, “Ojo Dumeh”, haruslah saling untuk selalu menghargai peran masing-masing, jangan merasa lebih banyak berperan atau lebih banyak “berjasa” atas keluarga sehingga ingin diperlakukan lebih atau malah menganggap rendah peran pasangannya. Setiap peran sekecil apapun adalah satu laku dalam satu kepemimpinan yang tunggal dalam keluarga, jadi jangan di pisah-pisahkan.

Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), orang tua atau guru yang punya sikap mentang-mentang, akan menjadi virus yang akan menularkan kepada anak dan murid mereka. Maka penting sekali bagi orang tua dan guru agar hati-hati dalam menyikapi segala kesuksesan, sehingga tidak secara sengaja melecehkan yang berakibatkan menjadi contoh/teladan yang tidak baik, yang bisa merusak pembangunan karakter diri si anak dan murid.

Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), bermasyarakat yang baik adalah tanpa mengwarnai, maupun dikotakan keluarga lainnya, semua dilakukan karena atas dasar untuk hidup beradab. Bermasyarakat yang beradab dimulai dari kita menghilangkan sikap mentang-mentang karena status ekonomi, jabatan, status sosial, maupun kelebihan apapun. Indahnya hidup dalam kesatuan ukuran.

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer