Muslim Zanzibar Memilih Islam Sebagai Solusi

Memuat...
Kondisi itu perlahan berubah. Masjid-masjid selalu dipenuhi jamaah shalat Jumat, lebih banyak Muslimah yang memakai jilbab serta kaum pria nya dengan memakai baju panjang khas Muslim. Itulah fenomena terkini di Zanzibar. "Sekarang ini Anda tidak akan pernah lagi melihat turis asing berpakaian minim bebas berjalan-jalan di Zanzibar," ujar Said Ali, warga setempat, sambil merujuk pada insiden penyerangan terhadap perempuan yang mengenakan rok mini beberapa waktu lalu.

Menurut dia, sekarang ini makin banyak masyarakat Zanzibar yang beralih menerapkan cara hidup yang lebih Islami. Mereka giat mempelajari agama dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, sesuai tuntunan Islam. Mungkin itu merupakan berkah tersendiri dari timbulnya gejolak politik di sana.

Setelah pemilu yang berakhir ricuh, beberapa kalangan mengaku khawatir terhadap kehidupan sosial politik negara itu ke depan. Pemilu multipartai dengan harapan dapat menumbuhkan demokrasi secara lebih baik, justru menjadi penyebab konflik.

Oleh karenanya, masyarakat kebanyakan lebih memilih untuk tidak turut campur dalam konflik politik yang terjadi, tidak ingin menambah runyam suasana serta mencari ketenangan. Dan agama kemudian dianggap sebagai salah satu jalan keluar terbaik dalam hal ini.

"Politik multipartai tidak membawa manfaat apa-apa kecuali tragedi," keluh Abdallah Mohammed Suleiman, 42, seorang pedagang pakaian. Maka dari itu, menurutnya lagi, bukan sesuatu yang aneh apabila makin banyak orang yang kembali kepada nilai-nilai agama karena dianggap bisa menjadi alat pemersatu.

Melihat gejala ini, beberapa tokoh umat Islam mencoba memanfaatkan situasi. Mereka menawarkan solusi melalui penerapan hukum Islam sebagai alternatif dari demokrasi. Alasannya, dengan hukum Islam, dapat membawa keteraturan, disiplin dan moral kepada para pemimpin negara pulau ini.

"Kami melihat ada ruang yang bisa diisi oleh sistem Islam sehingga mampu menunjukkan bahwa demokrasi -- yang diharapkan bisa memilih pemimpin yang sesuai keinginan rakyat-- telah gagal," kata Abdallah Said Ali, dari Society for Islamic Awareness and Preaching di Zanzibar.

Akan tetapi, usulan ini ditanggapi dengan penuh kekhawatiran oleh pemerintahan sekuler Tanzania. Segera, mereka mengeluarkan kebijakan perijinan yang sangat ketat terhadap juru dakwah dari luar negeri. Kedubes Tanzania hanya akan memberi izin tinggal selama enam bulan dan itu pun hanya diberikan kepada juru dakwah dari lembaga atau organisasi Islam yang dianggap tidak berbahaya bagi keamanan nasional Tanzania.

Sejumlah warga serta tokoh Muslim setempat mengakui, beberapa juru dakwah dari luar negeri kerap menyampaikan bahwa sebaiknya pemerintahan maupun masyarakat harus bernafaskan Islam, dan kebanyakan dikemukakan dengan versi Islam Arab Saudi atau Wahabisme. Ulama moderat juga mengatakan Saudi telah memberikan beasiswa bagi tokoh Islam Zanzibar untuk menempuh studi di Arab Saudi.

Kini tidaklah asing bila mendengar ceramah Jumat berisi kecaman anti Barat dan Israel. Kalangan garis keras selalu menegaskan adalah kewajiban seluruh umat Muslim untuk membantu warga Muslim di Irak dan Palestina yang sedang berjuang melawan penindasan.

Agama Islam tengah menggeliat, ini di dukung jumlah umat Muslim Zanzibar yang mayoritas. Namuns secara keseluruhan dari 36 juta jiwa penduduk Tanzania yang menjadi induk negara Zanzibar, sebanyak 44 persen adalah pemeluk Kristen dan 34 persen umat Muslim.

Setelah mengakhiri sistem partai tunggal pada tahun 1992, pelaksanaan pemilu multipartai di tahun 1995 dan 2000 kerap menimbulkan konflik. Partai oposisi menuduh partai penguasa mencurangi hasil pemilu. Begitu pula pemilu tahun ini yang diperkirakan juga tidak akan berbeda situasinya dengan dua pemilu sebelumnya. Masyarakat pun semakin kian skeptis terhadap demokrasi.

Di samping menawarkan Islam sebagai solusi politik, para tokoh agama Islam pun terus bergiat secara sosial untuk warga miskin, mengumpulkan zakat dan menyalurkannya kepada yang berhak."Kami seolah tidak pernah dianggap sejak tahun 70-an," ungkap Khamis bin Ali, salah satu tokoh agama."Namun saat ini, kami ada di setiap lngkungan masyarakat untuk berderma, berceramah di masjid atau mengajarkan pendidikan agama kepada anak-anak."

Tren ini agaknya dapat mempengaruhi secara lebih luas menyangkut interpretasi Islam di benua Afrika. Kendati Zanzibar kurang diperhitungkan, namun sejarah mencatat Islam pernah berpengaruh kuat di wilayah ini sehingga tidak menutup kemungkinan, geliat Islam dapat kembali bermula dari sini. yus/associated press

Merupakan Surga Rempah-rempah

Pulau Zanzibar terletak di Samudera Hindia, tepatnya di sebelah timur pantai Afrika. Dahulu kala pulau ini merupakan bagian dari benua Afrika, secara politik masih terkait dengan Tanzania dan memiliki status semi otonomi sehingga berhak membentuk parlemen serta presiden sendiri.

Wilayah ini pernah menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan budak, sehingga kehidupan masyarakat di sana, hingga kini pun masih kental dipengaruhi budaya Afrika, Arab, Eropa dan India.

Penduduk asli adalah suku Bantu yang berbahasa Afrika. Sejak abad 10, datanglah bangsa Persia. Meski begitu, barulah ketika orang-orang Arab, khususnya asal Oman, pengaruh mereka begitu kuat sampai hari ini.

Bangsa Arab membuka koloni dagang di sini pada tahun 1832, begitu pentingnya wilayah ini hingga sempat pula kesultanan Oman memindahkan ibukotanya dari Muskat ke Zanzibar. Lama kelamaan, Zanzibar pun menjadi sebuah kesultanan yang independen.

Perdagangan budak dilarang pada tahun 1873 dan pada 1890, Inggris memproklamasikan Zanzibar sebagai wilayah protektoratnya. Tahun 1963, Zanzibar memperoleh kemerdekaan.

Bulan Januari 1964, mayoritas warga keturunan Afrika menjungkalkan penguasa elit keturunan Arab. Revolusi ini berlangsung singkat namun memakan korban jiwa cukup banyak, tercatat 17 ribu orang tewas.

Negara republik kemudian terbentuk dan di bulan April presiden Zanzibar dan Tanganyika, di benua Afrika, menandatangani kesepakatan, membentuk negara Persatuan Republik Tanzania. Zanzibar lantas mendapat status semi otonomi.

Industri pariwisata menjadi andalan pendapatan devisa Zanzibar. Walau demikian, masih banyak warga yang tidak menikmati berkah dari bisnis turisme ini. Rata-rata warga hanya berpendapatan kurang dari 1 dolar per hari.
(yus/berbagai sumber/RioL)
Swaramuslim.net

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer