Legenda Putri Sedaro Putih

Memuat...
Pada masa lampau di sebuah desa di Bengkulu, hiduplah tujuh orang anak yatim piatu. Dari tujuh bersaudara itu, hanya ada satu anak perempuan yang bernama Putri Sedaro Putih. Sehari hari mereka hidup sebagai petani. Untunglah orang tua mereka meninggalkan sawah untuk digarap.


Sebagai satu satunya anak perempuan, Putri Sedaro Putih senantiasa mendapat perlakuan istimewa. Semua saudara laki lakinya sangat sayang padanya. Mereka berusaha menyenangkan hatinya dengan selalu mencukupi kebutuhannya. Sesuai dengan namanya, Putri Sedaro Putih benar benar merupakan seorang putri di rumah mereka yang sederhana.


Pada suatu malam Putri Sedaro Putih bermimpi. Seorang kakek datang dalam mimpinya dan berkata “Ajalmu sudah dekat, Nak… bersiap siaplah”, ujar si kakek. "Ketika kau telah tiada nanti, dari kuburmu akan tumbuh sebuah pohon yang sangat berguna bagi banyak orang...", tambah si kakek sesaat sebelum menghilang. Ketika terjaga, Putri Sedaro Putih mendapati pakaiannya basah oleh keringat. Walaupun hanya mimpi, Putri Sedaro Putih percaya akan omongan kakek dalam mimpinya barusan. Hatinya sungguh gelisah. Putri Sedaro Putih tak dapat memejamkan mata lagi sampai pagi.


Hari demi hari berlalu, tubuh Putri Sedaro Putih semakin kurus. Matanya sayu dan wajahnya terlihat pucat. Putri Sedaro Putih terus menerus memikirkan mimpinya. Ia tak selera makan dan susah tidur di malam hari.


Saudara saudara Putri Sedaro Putih mulai melihat perubahan yang terjadi pada dirinya. Akhirnya pada suatu siang, kakak tertua bertanya padanya “Apa yang terjadi padamu, Dik ?”, tanya sang kakak sambil menatap Putri Sedaro Putih. “Aku lihat tubuhmu semakin kurus..”, tambahnya. Tadinya Putri Sedaro Putih enggan untuk bercerita, tapi karena melihat wajah kakaknya yang penuh kekhawatiran, ia tak sampai hati.


Putri Sedaro Putih akhirnya menceritakan mimpinya. Sang kakak mendengarkan sambil mengusap usap punggung adiknya. “Sebaiknya lupakan saja mimpi itu, Dik..”, katanya pelan. “Mimpi itu hanya bunga tidur. Percayalah mimpi itu hanya sekedar mimpi”, tambahnya lagi meyakinkan Putri Sedaro Putih. Sang adik mengangguk. Ia berpikir apa yang dikatakan kakaknya itu benar.


Setelah menceritakan mimpinya itu, hati Putri Sedaro Putih mulai lega. Ia menjalani lagi hari harinya seperti sediakala. Badannya mulai berisi lagi. Wajahnyapun kembali bersinar. Seluruh saudara laki laki Putri Sedaro Putih sangat gembira melihat saudaranya ceria kembali.


Pada suatu pagi, semua saudara Putri Sedaro Putih heran karena ia belum bangun juga meski matahari mulai bersinar terang. Sang kakak tertua akhirnya masuk ke dalam kamar adiknya untuk membangunkannya. Ia bermaksud untuk pamit karena mereka semua akan berangkat ke sawah.


Sang kakak mulai merasa curiga karena setelah dipanggil berkali kali Putri Sedaro Putih tak bangun juga. Ia mengguncang tubuh adiknya beberapa kali sebelum akhirnya sadar kalau adiknya sudah meninggal. Teriakan sang kakak membuat semua saudaranya berlari masuk. Mereka semua menangis tersedu sedu begitu tahu saudara perempuan mereka satu satunya sudah meninggal.


Putri Sedaro Putih dimakamkan di halaman belakang rumah mereka. Sang kakak amat terpukul atas kepergian adiknya. Ia tak menyangka mimpi adiknya itu akan menjadi kenyataan.


Tiap hari semua saudara Putri Sedaro Putih bergantian membersihkan kuburnya. Pada suatu hari, salah seorang saudara laki lakinya memperhatikan ada sebuah pohon yang tumbuh di atas pusara adiknya. Hari berlalu tanpa terasa, pohon itu telah tumbuh besar. Sang kakak tertua memberi nama pohon itu sesuai nama adiknya, pohon sedaro putih.


Kira kira lima tahun kemudian pohon sedaro putih telah berbuah. Buahnya yang berwarna merah membuat banyak tupai datang mencoba menggigitnya. Akibatnya banyak tangkai buah yang terlepas. Tanpa sengaja, kakak tertua melihat ada cairan yang keluar dari batang pohon bekas tangkai yang terlepas. Tampak seekor tupai tengah menjilati cairan berwarna kuning jernih itu dengan asyiknya.


Sang kakak yang penasaran mengusap cairan itu dengan jarinya dan kemudian menjilatnya. Tak disangka cairan itu manis sekali rasanya. Sang kakak segera mengajak adik adiknya untuk mencicipi cairan itu. Karena ketagihan, mereka memutuskan untuk menampung cairan itu dalam sebilah bambu.


Cairan yang keluar dari batang pohon sedaro putih akhirnya terkenal ke seluruh pelosok kampung. Warga ramai ramai menampung cairannya dan memasaknya supaya tahan lama. Pohon sedaro putih saat ini terkenal sebagai pohon enau dan cairan yang dihasilkannya merupakan bahan pembuat gula merah.

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer