Memuat...
Becik Ketitik, Ala Ketara
Artinya: Kebaikan akan tampak, keburukan akan terlihat.
Pamrih… Adalah kata yang mendasari tindakan dari yang dilakukan oleh kita, segala hal yang akan di lakukan selalu didasari dengan pamrih. Padahal tanpa dasar itu maka segalanya akan tanpak jelas nantinya. Yang berbuat baik berpamrih untuk di hargai, disanjung, diakui, sedangkan yang berbuat keburukan berpamrih agar tidak ketahuan, niatnya disembunyikan, menuduh.
Segala hal yang terjadi atau yang kita lakukan akan senantiasa muncul dan tampak dengan jelas, ibarat baik adalah aroma Durian, ibarat jelek adalah bau bangkai, akan tercium pula.
Maka maksud dari falsafah ini adalah Jika berbuat baik, maka lakukan saja, jangan berpikir/menimbang, jika akan ada perbuatan baik, maka hentikan, janganlah beragumen/dispensasi pada diri untuk memberikan alasan kuat agar melakukan.
Dalam kehidupan berumah tangga, “Becik Ketitik, Ala Ketara”, Perhatianlah dan dengerkanlah dengan penuh pasangan anda. Janganlah cuek/mengeluh, janganlah suka membantah, tapi hargailah apapun itu, saling mendengerkan.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), Ketulusan orang tua/guru menuntun anak/murid akan terlihat jelas dan tampak dari laku mereka kelak, ibarat merawat tanaman dengan baik, tinggal menunggu bunga dan berbuah. Anak/murid secara serius menghargai dan mengenang orang tua/guru, cara menghargai adalah dengan melakukan apa yang di ajarakan, karena akan tampak jelas hasil dari tuntunan jika dilakukan.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), ibarat pepatah bahwa jika tangan kanan berbuat kebajikan maka jangan sampai ketahuan tangan kiri, maka perbuatan baik tidaklah harus karena untuk di hargai dan di pandang, tapi karena memang kita bagian dari satu tubuh yang utuh (seperti tangan).
Berbuat kebajikan sendiri di bagi atas, tidak melakukan hal yang jelek dan berbuatlah hal yang baik.
Artinya: Kebaikan akan tampak, keburukan akan terlihat.
Pamrih… Adalah kata yang mendasari tindakan dari yang dilakukan oleh kita, segala hal yang akan di lakukan selalu didasari dengan pamrih. Padahal tanpa dasar itu maka segalanya akan tanpak jelas nantinya. Yang berbuat baik berpamrih untuk di hargai, disanjung, diakui, sedangkan yang berbuat keburukan berpamrih agar tidak ketahuan, niatnya disembunyikan, menuduh.
Segala hal yang terjadi atau yang kita lakukan akan senantiasa muncul dan tampak dengan jelas, ibarat baik adalah aroma Durian, ibarat jelek adalah bau bangkai, akan tercium pula.
Maka maksud dari falsafah ini adalah Jika berbuat baik, maka lakukan saja, jangan berpikir/menimbang, jika akan ada perbuatan baik, maka hentikan, janganlah beragumen/dispensasi pada diri untuk memberikan alasan kuat agar melakukan.
Dalam kehidupan berumah tangga, “Becik Ketitik, Ala Ketara”, Perhatianlah dan dengerkanlah dengan penuh pasangan anda. Janganlah cuek/mengeluh, janganlah suka membantah, tapi hargailah apapun itu, saling mendengerkan.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), Ketulusan orang tua/guru menuntun anak/murid akan terlihat jelas dan tampak dari laku mereka kelak, ibarat merawat tanaman dengan baik, tinggal menunggu bunga dan berbuah. Anak/murid secara serius menghargai dan mengenang orang tua/guru, cara menghargai adalah dengan melakukan apa yang di ajarakan, karena akan tampak jelas hasil dari tuntunan jika dilakukan.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), ibarat pepatah bahwa jika tangan kanan berbuat kebajikan maka jangan sampai ketahuan tangan kiri, maka perbuatan baik tidaklah harus karena untuk di hargai dan di pandang, tapi karena memang kita bagian dari satu tubuh yang utuh (seperti tangan).
Berbuat kebajikan sendiri di bagi atas, tidak melakukan hal yang jelek dan berbuatlah hal yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar