Memuat...
Berbeda dengan warga Amerika Latin yang kental dengan nuansa kekristenannya, wanita keturunan Hispanik di Amerika Serikat justru berlomba-lomba mencari Islam. Tak ada yang menyangka keputusan Melissa Matos untuk bermukim di Amerika Serikat membawanya kepada sebuah pengembaraan spiritual baru. Berada di tempat yang jauh dari negeri asalnya, Republik Dominika, hatinya tertambat pada agama yang semula asing baginya, Islam.
Agama ini ditemukannya melalui pencarian yang panjang. Dari kecil hingga dewasanya dalam keluarga Kristen Advent yang taat. Namun ia justru menemukan kedamaian dalam Islam. Tak perlu waktu lama untuk berpikir ulang, ia memutuskan menjadi Muslimah. Hal yang sama juga terjadi pada Jameela Ali. Wanita asal Peru ini memutuskan menjadi Muslimah setelah bermimpi berdoa di sebuah masjid yang diterangi oleh cahaya lilin. Di negeri barunya, Amerika serikat, ia bersyahadat.
Fenomena baru di Amerika Serikat
Kini, jumlah wanita Hispanik di AS yang memeluk Islam semakin banyak. Seiring waktu, jumlah mereka kini mencapai ribuan hanya dalam hitungan bulan. Meski tidak mudah dan banyak mendapat tentangan dari keluarga, para muslimah asal Amerika Latin yang kini menetap di Amerika Serikat ini tetap bertahan dengan keyakinannya.
Menurut mereka, kesulitan terbesar adalah meyakinkan keluarga bahwa pilihan yang mereka ambil merupakan sesuatu yang benar. Matoz misalnya, ia mengaku merasa terasing di tengah keluarga dan teman-temannya. ''Saya merasa sangat jauh dengan mereka,''ujarnya. Namun Matoz yang menemukan keindahan dalam Islam mengaku pengorbanannya sepadan dengan kedamaian dan kebahagiaan yang ia temukan dalam Islam. ''Mereka berpikir aku telah menolak jalan keselamatan karena tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai putera Tuhan,''ujar Matos.
Sementara Roraima Aisha Kanar yang berasal dari Kuba mengaku kesulitan meyakinkan orangtuanya dengan apa yang ia pilih sebagai kepercayaannya. ''Sangat sulit mengetahui bahwa ibuku sendiri tidak menghargai apa yang aku percayai,''ujarnya. Bahkan orangtuanya meminta Kanar dan sang suami tidak membesarkan anak-anaknya sebagai seorang Muslim. Ia menolak mentah-mentah permintaan itu.
Cristina Martino, yang berasal dari Venezuela menyebut dirinya acap kali disangka berasal dari Iran dengan pakaian menutup aurat yang kini dikenakannya. ''Banyak orang menyangka saya berasal dari Iran setelah mereka melihat pakaian saya,''jelasnya. Keanehan orang dengan pemeluk Islam dari Amerika Latin memang biasa terjadi di Amerika Serikat. Pasalnya, masyarakat hispanik memang biasanya identik sebagai pemeluk kristen yang taat. Tak heran banyak orang yang tidak percaya jika beberapa di antaranya adalah seorang Muslim.
Mereka yang beralih ini biasanya orang yang ragu pada kepercayaan mereka selama ini. Felipe Ayala, misalnya, selalu mempertanyakan konsep trinitas yang ada dalam agamanya. ''Saya selalu percaya Yesus bukanlah Tuhan melainkan seorang pembawa pesan,''ujarnya.
Jumlah penduduk Amerika Latin yang berubah keyakinan mereka di Amerika Serikat memang semakin lama semakin berkembang. Menurut data dari Islamic Society of North America, diperkirakan saat ini ada sekitar 40 ribu muslim hispanik di Amerika Serikat. Sebagian besar dari mereka menetap di New York, Texas, Los Angeles, Chicago, dan Miami. Di kawasan Amerika Utara sendiri, Islam menjadi agama dengan perkembangan jumlah pemeluknya yang paling cepat.
Menurut Sofian Abdul Aziz, direktur The American Muslim Association of North America di Miami, komunitas yang dipimpinnya seringkali mendapat permintaan Alquran dalam bahasa Spanyol. Beberapa tahun belakangan, jelasnya, ia sudah memberikan lima ribu terjemahan Alquran berbahasa Spanyol ke masjid-masjid dan penjara di selatan Florida. Uniknya, jumlah terbesar pemeluk Muslim di kalangan masyarakat latin justru didominasi oleh kaum hawa. Meski tidak ada catatan pastinya, namun diperkirakan dari 40 ribu muslim hispanik, 60 persennya merupakan wanita.
Menurut Juan Galvan, Direktur LADO (Latino American Dawah Organization) kawasan Texas, Islam berkembang pesat di kalangan masyarakat Amerika Latin melalui berbagai cara. Ada yang mengenal Islam karena mereka berkenalan atau menikah dengan seorang Muslim, ada juga yang melalui proses pencarian panjang dan akhirnya menemukan kedamaian dalam Islam.
Sebagian lagi mempelajari Islam pasca peristiwa 11 September yang kemudian menyudutkan para pemeluk Islam. Dari keingintahuan tentang Islam, mereka kemudian tertarik dan akhirnya menjadi seorang Muslim. Tak sedikit pula yang merasakan kehampaan dalam agama mereka sebelumnya, dan menemukan apa yang mereka cari dalam Islam. ''Agama Katolik Roma tidak pernah berhasil dengan saya. Setiap beribadah saya merasa tengah berdoa kepada malaikat dan patung. Sekarang saya benar-benar beribadah kepada Tuhan,''ujar Missy Sandoval. Ada raut bahagia di wajahnya.
Muslim Hispanik di Amerika Serikat
Tidak jelas diketahui bagaimana awalnya para pendatang asal Amerika Latin menganut Islam di Amerika Serikat. Namun Islam berkembang pesat sejak lima tahun sejak keberadaan organisasi dakwah Amerika Latin yang bernama Latino American Dawah Organization (LADO), sebuah komunitas muslim di New York City yang dimulai oleh Samantha Sanchez bersama lima kawannya.
Sanchez, yang saat itu tengah mengambil studi doktoral di bidang antropologi budaya, menjadi seorang Muslim dan tertarik untuk mencari data tentang komunitas Muslim hispanik di negara adidaya tersebut. Dengan cepat, organisasinya berkembang dan melakukan promosi untuk memperkenalkan Islam lewat pembagian Alquran dan pamflet tentang Islam. Sekarang LADO telah memiliki cabang di Austin, Illinois, Massachusets, dan Arizona.
Seiring dengan perkembangan organisasai tersebut, semakin lama penganut Islam asal Amerika Latin ini terus berkembang, terutama sejak lima tahun belakangan. ''Fenomena ini sebenarnya sudah cukup lama terjadi di seluruh Amerika Serikat,''ujar Sheikh Zoubir Bouchikhi, imam Masjid Raya Houston.
Sebuah studi tentang masjid yang dilakukan di tahun 2001 oleh Ihsan Bagby, professor di University of Kentucky, menyebutkan enam persen dari seluruh penduduk Amerika yang berpindah keyakinan berasal dari komunitas Amerika Latin. Sedang 27 persennya berasal dari masyarakat kulit putih, dan angka terbesar yaitu 64 persen, berasal dari kalangan kulit hitam.
Namun meski jumlahnya terbilang sedikit, keberadaan Muslim hispanik ini memberikan pengaruh tersendiri, terutama di dalam komunitasnya. Pasalnya, bukan hanya memeluk agama Islam, mereka juga aktif melakukan kegiatan untuk memperkenalkan Islam, dan menggelar pengajian serta belajar bahasa Arab. ''Angka stastistik sulit diterka, namun yang pasti, kaum hispanik menjadi minoritas yang cukup membawa pengaruh dalam perubahan keyakinan masyarakat Amerika,''jelas Bagby. ( uli/berbagai sumber/Mualaf Center Online )
Swaramuslim.net
Agama ini ditemukannya melalui pencarian yang panjang. Dari kecil hingga dewasanya dalam keluarga Kristen Advent yang taat. Namun ia justru menemukan kedamaian dalam Islam. Tak perlu waktu lama untuk berpikir ulang, ia memutuskan menjadi Muslimah. Hal yang sama juga terjadi pada Jameela Ali. Wanita asal Peru ini memutuskan menjadi Muslimah setelah bermimpi berdoa di sebuah masjid yang diterangi oleh cahaya lilin. Di negeri barunya, Amerika serikat, ia bersyahadat.
Fenomena baru di Amerika Serikat
Kini, jumlah wanita Hispanik di AS yang memeluk Islam semakin banyak. Seiring waktu, jumlah mereka kini mencapai ribuan hanya dalam hitungan bulan. Meski tidak mudah dan banyak mendapat tentangan dari keluarga, para muslimah asal Amerika Latin yang kini menetap di Amerika Serikat ini tetap bertahan dengan keyakinannya.
Menurut mereka, kesulitan terbesar adalah meyakinkan keluarga bahwa pilihan yang mereka ambil merupakan sesuatu yang benar. Matoz misalnya, ia mengaku merasa terasing di tengah keluarga dan teman-temannya. ''Saya merasa sangat jauh dengan mereka,''ujarnya. Namun Matoz yang menemukan keindahan dalam Islam mengaku pengorbanannya sepadan dengan kedamaian dan kebahagiaan yang ia temukan dalam Islam. ''Mereka berpikir aku telah menolak jalan keselamatan karena tidak mempercayai Yesus Kristus sebagai putera Tuhan,''ujar Matos.
Sementara Roraima Aisha Kanar yang berasal dari Kuba mengaku kesulitan meyakinkan orangtuanya dengan apa yang ia pilih sebagai kepercayaannya. ''Sangat sulit mengetahui bahwa ibuku sendiri tidak menghargai apa yang aku percayai,''ujarnya. Bahkan orangtuanya meminta Kanar dan sang suami tidak membesarkan anak-anaknya sebagai seorang Muslim. Ia menolak mentah-mentah permintaan itu.
Cristina Martino, yang berasal dari Venezuela menyebut dirinya acap kali disangka berasal dari Iran dengan pakaian menutup aurat yang kini dikenakannya. ''Banyak orang menyangka saya berasal dari Iran setelah mereka melihat pakaian saya,''jelasnya. Keanehan orang dengan pemeluk Islam dari Amerika Latin memang biasa terjadi di Amerika Serikat. Pasalnya, masyarakat hispanik memang biasanya identik sebagai pemeluk kristen yang taat. Tak heran banyak orang yang tidak percaya jika beberapa di antaranya adalah seorang Muslim.
Mereka yang beralih ini biasanya orang yang ragu pada kepercayaan mereka selama ini. Felipe Ayala, misalnya, selalu mempertanyakan konsep trinitas yang ada dalam agamanya. ''Saya selalu percaya Yesus bukanlah Tuhan melainkan seorang pembawa pesan,''ujarnya.
Jumlah penduduk Amerika Latin yang berubah keyakinan mereka di Amerika Serikat memang semakin lama semakin berkembang. Menurut data dari Islamic Society of North America, diperkirakan saat ini ada sekitar 40 ribu muslim hispanik di Amerika Serikat. Sebagian besar dari mereka menetap di New York, Texas, Los Angeles, Chicago, dan Miami. Di kawasan Amerika Utara sendiri, Islam menjadi agama dengan perkembangan jumlah pemeluknya yang paling cepat.
Menurut Sofian Abdul Aziz, direktur The American Muslim Association of North America di Miami, komunitas yang dipimpinnya seringkali mendapat permintaan Alquran dalam bahasa Spanyol. Beberapa tahun belakangan, jelasnya, ia sudah memberikan lima ribu terjemahan Alquran berbahasa Spanyol ke masjid-masjid dan penjara di selatan Florida. Uniknya, jumlah terbesar pemeluk Muslim di kalangan masyarakat latin justru didominasi oleh kaum hawa. Meski tidak ada catatan pastinya, namun diperkirakan dari 40 ribu muslim hispanik, 60 persennya merupakan wanita.
Menurut Juan Galvan, Direktur LADO (Latino American Dawah Organization) kawasan Texas, Islam berkembang pesat di kalangan masyarakat Amerika Latin melalui berbagai cara. Ada yang mengenal Islam karena mereka berkenalan atau menikah dengan seorang Muslim, ada juga yang melalui proses pencarian panjang dan akhirnya menemukan kedamaian dalam Islam.
Sebagian lagi mempelajari Islam pasca peristiwa 11 September yang kemudian menyudutkan para pemeluk Islam. Dari keingintahuan tentang Islam, mereka kemudian tertarik dan akhirnya menjadi seorang Muslim. Tak sedikit pula yang merasakan kehampaan dalam agama mereka sebelumnya, dan menemukan apa yang mereka cari dalam Islam. ''Agama Katolik Roma tidak pernah berhasil dengan saya. Setiap beribadah saya merasa tengah berdoa kepada malaikat dan patung. Sekarang saya benar-benar beribadah kepada Tuhan,''ujar Missy Sandoval. Ada raut bahagia di wajahnya.
Muslim Hispanik di Amerika Serikat
Tidak jelas diketahui bagaimana awalnya para pendatang asal Amerika Latin menganut Islam di Amerika Serikat. Namun Islam berkembang pesat sejak lima tahun sejak keberadaan organisasi dakwah Amerika Latin yang bernama Latino American Dawah Organization (LADO), sebuah komunitas muslim di New York City yang dimulai oleh Samantha Sanchez bersama lima kawannya.
Sanchez, yang saat itu tengah mengambil studi doktoral di bidang antropologi budaya, menjadi seorang Muslim dan tertarik untuk mencari data tentang komunitas Muslim hispanik di negara adidaya tersebut. Dengan cepat, organisasinya berkembang dan melakukan promosi untuk memperkenalkan Islam lewat pembagian Alquran dan pamflet tentang Islam. Sekarang LADO telah memiliki cabang di Austin, Illinois, Massachusets, dan Arizona.
Seiring dengan perkembangan organisasai tersebut, semakin lama penganut Islam asal Amerika Latin ini terus berkembang, terutama sejak lima tahun belakangan. ''Fenomena ini sebenarnya sudah cukup lama terjadi di seluruh Amerika Serikat,''ujar Sheikh Zoubir Bouchikhi, imam Masjid Raya Houston.
Sebuah studi tentang masjid yang dilakukan di tahun 2001 oleh Ihsan Bagby, professor di University of Kentucky, menyebutkan enam persen dari seluruh penduduk Amerika yang berpindah keyakinan berasal dari komunitas Amerika Latin. Sedang 27 persennya berasal dari masyarakat kulit putih, dan angka terbesar yaitu 64 persen, berasal dari kalangan kulit hitam.
Namun meski jumlahnya terbilang sedikit, keberadaan Muslim hispanik ini memberikan pengaruh tersendiri, terutama di dalam komunitasnya. Pasalnya, bukan hanya memeluk agama Islam, mereka juga aktif melakukan kegiatan untuk memperkenalkan Islam, dan menggelar pengajian serta belajar bahasa Arab. ''Angka stastistik sulit diterka, namun yang pasti, kaum hispanik menjadi minoritas yang cukup membawa pengaruh dalam perubahan keyakinan masyarakat Amerika,''jelas Bagby. ( uli/berbagai sumber/Mualaf Center Online )
Swaramuslim.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar