Taubatnya sang Penginjil

Memuat...
Setelah 2 Tahun Murtad, dipandu oleh ustadz Abu Deedat, ayat Injil kitab Ulangan 4:35-39 mengantar Gunawan kembali bersyahadat La ilaha illallah - Muhammadar Rasulullah.

Shalat tarawih baru saja usai, Kamis (6/10). Jarum jam menunjuk angka 21.30 Wib, tiba-tiba telepon Ustadz Abu Deedat berdering. Setelah diangkat, terdengar suara, "Ustadz, ada pemuda lulusan madrasah tsanawiyah (MTs) jadi penginjil. Tolong selamatkan." Si penelepon adalah pengelola Klinik dan Rumah Sakit Bersalin Ratna Komala, Bekasi, Ustadz Ahmad Yani.

Pemuda yang bernama Gunawan (19) ini, diketahui murtad setelah mengalami kecelakaan dan dirawat di klinik miliknya. Malam itu juga, pemuda asal Lampung ini dibawa ke FAKTA. Gunawan bercerita, setelah ayahnya meninggal, ia mondok dan sekolah di sebuah MTs di Leuwiliang, Bogor, atas biaya pamannya. Setelah lulus tahun 2003, ia berkenalan dengan Ferdinand, laki-laki Batak. Gunawan diajak ke Bekasi dan dikenalkan pada pendeta, juga asal Batak. "Diajak ke gereja saya nurut," tutur Gunawan yang sudah mulai menjadi penginjil.

Meski hatinya berontak, Gunawan tak kuasa menolak ajakannya. "Mungkin, ini pengaruh minuman, seperti minyak urapan, yang diberikan pada saya," ujarnya menebak. Kemudian, ia memperlihatkan foto copy ijazah tsanawiyah miliknya.

Ustadz Deedat keheranan. Betapa tidak, nilai pendidikan Agama Islamnya sangat bagus, tapi kenapa murtad?



"Ibu tahu, jika Anda sudah Kristen?" tanya Deedat menelisik.

Ia mengatakan keluarganya sudah tahu. Ibunya pun berkali-kali menasihati agar bertaubat
dan kembali ke Islam, tapi ia malah marah-marah.



"Apa aktivitas Anda di gereja?"

Ia mengaku mengajar gitar di sekolah Kristen dan melakukan pelayanan dengan cara menyampaikan kesaksian di gereja dan KKR.



"Apa ajaran pendeta tentang Islam?" selidik Ustadz Deedat.

"Islam tak menjamin keselamatan. Nabinya saja belum selamat karena masih didoakan dengan shalawat. Jika nabinya tak selamat, bagaimana dengan umatnya?"
jawabnya polos.



"Apa lagi doktrin pendeta tentang Islam?" lanjut Deedat.

"Islam itu teroris yang suka ngebom gereja dan mengajarkan poligami," jawabnya.

Setelah itu, Abu Deedat mulai melakukan terapi.


"Jika Kristen menjamin keselamatan, coba baca Kisah Para Rasul 13:23."

Gunawan pun membaca ayat itu, Dan dari keturunannyalah, sesuai dengan yang telah dijanjikan-Nya, Allah telah membangkitkan Juru selamat bagi orang Israel, yaitu Yesus.



"Asal Anda dari mana?" tanya Deedat.

"Lampung!" jawabnya singkat.



"Menurut ayat itu, Anda tak diselamatkan Yesus, karena Yesus hanya menyelamatkan orang Israel," jelas Deedat.

Gunawan menganggukkan kepala tanda petuju.



Deedat menambahkan beberapa dalil. "Jawab Yesus: "Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel," (Matius 15:24). Bahkan, Roh Kudus pun melarang penginjilan ke Asia: "Karena Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan Injil di Asia," (Kisah Para Rasul 16:6).

Gunawan diam saja, pandangannya terpaku pada Alkitab di pangkuannya.



"Apakah Anda masih meyakini Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat?" tanya Deedat.

"Ya!" jawabnya mantap.



"Jika begitu silakan baca Injil Markus 12:29."

Gunawan membacanya: "Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa."



"Jelas, kan? Di ayat itu Yesus mengakui dirinya bukan Tuhan, karena ia bertuhan pada Allah. Karena Yesus punya Tuhan, maka ia bukan Tuhan. "Silakan baca Injil Lukas 6:12," pinta Deedat.

Dengan cepat ia menemukan ayat itu, nampak jelas ia terbiasa mengkaji Bibel. "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman ia berdoa kepada Allah."



"Makin jelas, kan, bahwa Yesus bukan Tuhan, bukan Juruselamat dan penebus dosa. Sebab, Yesus sendiri berdoa pada Allah. Dalam Lukas 22:42 dan Matius 6:13 Yesus minta keselamatan pada Allah. Jika Yesus Juruselamat, seharusnya ia tak minta keselamatan pada siapapun," tegas Deedat.

Pemuda itu terperangah, pandangannya kosong.



Tanpa membuang waktu, Deedat melanjutkan, "Memang, di Alkitab ada ayat yang menyatakan, Yesus mati dan hidup kembali supaya menjadi Tuhan. Tapi ini bukan sabda Yesus. Silakan baca kitab Roma 14:9."

Ia pun membacanya, "Sebab untuk itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik atas orang-orang mati, maupun atas orang-orang hidup."



"Ayat inilah yang jadi landasan bahwa Yesus adalah Tuhan. Tapi ini bukan sabda Yesus, melainkan tulisan Paulus pada jemaatnya di Roma. Ayat ini bertentangan dengan sabda Yesus dan firman Allah. Coba baca firman Allah dalam kitab Ulangan 4:35-39," lanjut Deedat.

Gunawan membacanya: "Engkau diberi melihatnya untuk mengetahui, bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia.... Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain."



"Perhatikan baik-baik. Allah berfirman bahwa Tuhanlah Allah, tidak ada yang lain kecuali Dia. Inilah syahadat La ilaha illallah.

Mendengar kalimat tauhid, Gunawan tak kuasa menahan air matanya. Begitu kalimat La ilaha illallah diulang, tangisnya makin menjadi.

Ustadz Yani dan beberapa orang yang hadir menyarankan, agar Gunawan mengikrar ulang dua kalimat Syahadat. Sambil menjabat tangan Gunawan, Abu Deedat menuntun ikrar dua kalimat syahadat. Jum'at (7/10) dini hari, hari ketiga Ramadhan, Gunawan kembali ke pangkuan Islam setelah dua tahun murtad.

Abu Deedat terus melanjutkan terapinya. Keraguannya terhadap Islam hasil indoktrinasi pendeta, dipatahkan satu persatu. Deedat juga menjelaskan makna dan hakikat al-Islam.

Sebelum mengakhiri pertemuan, Deedat berpesan, "Selama ini, Dik Gun sudah berbuat dosa pada Allah, durhaka pada ibu dan bermusuhan dengan saudara kandung. Adik harus istighfar mohon ampun pada Allah. Besok harus minta maaf pada ibu di Lampung!" Ia pun hanya menangis menyesali dosanya.

Sekitar jam 01.15 dinihari, pertemuan berakhir. Wajah Gunawan nampak sumringah. Sebagai kenang-kenangan, ia menyerahkan Surat Baptisnya di Gereja Bethel pada Tim FAKTA. Semua yang hadir memeluk pemuda yang berbadan tinggi gempal, seraya berpesan, "Cukup dua tahun berpisah dengan Islam. Jaga iman, jangan lepas lagi. Semoga istiqamah di jalan Allah."

Tim FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan).
Melayani diskusi, dialog dan konsultasi agama.
PO. Box. 1426 Jakarta 13014
e-mail: timfakta@yahoo.com, timfakta@hotmail.com

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer