Al-Mutanabbi dan Penjual Semangka

Memuat...
Seseorang mencela Al-Mutanabbi karena kekikirannya, "Di mana-mana kamu dikenal sebagai orang yang sangat kikir. Semua orang tahu, sifat kikir amat buruk. Namun kamu lebih buruk lagi, karena syairmu sendiri mengecam kekikiran dan memuji-muji kedermawanan. Kamu orang yang sok baik. Kamu munafik."

"Sifat kikir itu ada sebabnya," jawab Al-mutanabbi dengan tenang. "Begini ceritanya: ketika kecil, aku pernah bepergian dari Kufah ke Baghdad. Aku membawa bekal uang sebanyak lima dirham yang aku bungkus dalam selembar sapu tangan. Begitu melewati pasar Baghdad, aku tertarik melihat lima butir buah segar yang dipajang di sebuah kios. Aku ingin membelinya dengan uang yang aku bawa. Aku pun menghamprinya.

"Berapa harga buah semangka ini?," tanyaku. "Pergi sana! Buah ini bukan Makananmu," jawab si pedagang semangka dengan acuh tak acuh dan kasar.
"Jangan kasar begitu," kataku mencoba menyabarkannya. "Bilang saja berapa harga yang pantas." "Sepuluh dirham," jawabnya.

Karena terperangah oleh tawaran yang cukup tinggi, aku gugup; aku berdiri bingung. Aku sodorkan semua uangku, tetapi ia tidak mau menerimanya. Pada saat itu muncul seseorang yang berpenampilan saudagar dari warung dan hendak pulang ke rumahnya. Pedagang semangaka serta merta keluar dari kiosnya dan menghadang orang itu.

"Tuan, aku punya semangka segar-segar. Jika tuan berkenan, aku bawakan sampai ke rumah tuan," katanya dengan amat ramah dan tergopoh-gopoh. "Berapa harganya ?" tanya orang itu. "Lima dirham,"jawab si pedagan semangka. "Dua dirham saja,"tawarnya. "Baiklah," jawabnya setuju.

Setelah menerima uang dua dirham, ia lalu memnbantu membawakan semangka seperi yang telah ia janjikan. Tidak lama kemudian, ia sudah kembali lagi ke kiosnya dengan wajah yang berseri-seri.

Karena heran, aku menghampirinya dan berkata, "Hai, kamu ini benar-benar dungu. Aku berani bayar lima dirham untuk lima semangka, tetapi kamu malah menjual dengan harga dua dirham dan kamu antar lagi ke rumahnya." "Diam kamu ! Asal kamu tahu, orang itu punya uang seratus ribu dinar," jawabnya.

"Nah, sejak itu Aku tahu bahwa untuk dihormati, seseorang harus mempunyai uang sebesar seratus ribu dinar. Dan aku akan tetap akan seperti yang kamu lihat selama ini sampai aku mendengar orang-orang bilang aku sudah punya uang sebanyak itu."

Sumber: Humor Sufi V, Pustaka Firdaus, dari Al-Shubhu Al-Munbi Al-Haitsiyat Al-Mutanabbi, Yusuf Al-Badi'i

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer