Theresia Delli Sujarmini : Hidayah Allah Dari Buku Islam

Memuat...
THERESIA DELLI SUJARMINI nama saya. Lahir di Gunung Kidul, 7 Mei 1981. Saya terlahir dari keluarga non-Islam yang fanatik. Karena orang tua saya, Bapak Herominus Samino dan Ibu Lusia Jumini, adalah aktifis agama yang saya anut waktu itu, sehingga orang tua saya pun mendidik saya secara fanatik pula.

Mengalami Kegoncangan Hati
Waktu saya kelas 1 SMU, saya sempat merasa ragu, bimbang dengan agama yang saya anut. Dan itu membuat saya jarang pergi ke tempat ibadah. Jarangnya saya ke tempat ibadah ini, membuat orang tua marah pada saya. Tapi anehnya, kemarahan orang tua tidak pernah saya pedulikan. Bahkan, hal tersebut membuat saya semakin malas beribadah. Sempat suatu waktu, saya kembali membaca Al Kitab dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Dengan alasan untuk lebih meyakinkan akan kebenaran agama yang saya anut.

Dan saya pun mulai aktif lagi ke tempat ibadah. Karena saya menganggap keraguan serta kebimbangan yang saya alami saat ini karena saya jauh dari Tuhan. Tapi, bukan ketenangan yang saya dapatkan. Justru keraguan dan kebimbangan itu semakin bertambah, dan itu membuat saya mengalami kegoncangan hati.

Mencari Kebenaran

Saya sangat suka membaca. Buku apapun sering saya baca. Dan untuk mengisi kegelisahan serta kegoncangan hati saya, saya sering pergi ke Shopping Centre hanya untuk membaca buku-buku. Shopping Centre adalah Pusat buku terlengkap di Yogyakarta. Dan secara tidak sengaja, tiba-tiba saya tertarik pada buku-buku agama Islam. Dan secara diam-diam, tanpa sepengetahuan orang tua, saya pun mulai mempelajari Islam lewat buku-buku yang saya beli di shopping Centre.

Di Shopping Centre, saya sering bertemu dengan Atin teman sekolah saya. Ia seorang muslimah yang taat.

Dan itu saya ketahui dari pakaiannya yang selalu menutupi kepala (Jilbab) dan seringnya saya melihat Atin Shalat. Ada sesuatu yang membuat saya tertarik dari gerakan-gerakan shalat Atin. Ya, gerakan-gerakan shalat Atin menunjukkan sebuah kepasrahan dan penyembahan yang sungguh-sungguh sari seorang makhluk kepada penciptanya.Atin kepada Tuhannya. Dari situ saya mulai giat lagi membaca tentang keislaman. Atas bantuan Atin pula saya bisa memahami sedikit demi sedikit tentang Islam. Dan Subhanallah, Buku-buku tentang Islam yang saya baca ternyata dapat menjawab semua persoalan yang saya hadapi dan dapat pula menenangkan kegelisahan serta kegoncangan hati saya.

Saya Yakin Islam Pilihan Terbaik

Buku-buku Islam yang saya baca, sangat mempengaruhi keadaan hati saya. Lalu timbullah keinginan saya untuk memeluk Islam. Dan hal itu saya utarakan pada Atin. Atin tidak langsung menyambut keinginan saya tersebut selain menyarankan saya untuk lebih banyak lagi membaca tentang Islam. Agar lebih yakin katanya.

Dan akhirnya Atin mengajak saya ke Perpustakaan Mabullir milik Bapak H. Dauzan Farouk di daerah Kauman.

Karena menurut Atin buku-buku tentang Islam sangat lengkap di Perpustakaan tersebut.

Kami berkenalan dengan Pak Dauzan pemilik perpustakaan tersebut. Dan Alhamdulillah pak Dauzan sangat antusias membantu saya. Dan Beliau pula yang sengaja menyediakan buku-buku tentang Islam untuk saya baca serta membimbing dan membina saya. Berkat pembinaan dan bimbingan serta buku-buku yang disediakan Pak Dauzan, alhamdulillah keyakinan saya untuk memeluk agama Islam pun semakin kuat. Dan pada tanggal 6 Agustus 2001, saya berikrar dengan mengucapkan dua kalimah syahadat di Masjid Gedhe Yogyakarta, yaitu

dihadapan Ketua Takmir Masjidnya, Drs. H. Marwazi NZ yang di saksikan oleh Pak Dauzan dan Pak Rahman Kusuma MA. Dan subhanallah, perasaan yang mengganjal selama ini pun sirna.

Orang Tua Mengetahui Keislaman Saya

Saya berusaha untuk menyembunyikan keislaman saya pada keluarga. Tapi akhirnya orang tua mengetahui juga. Dan mereka sangat marah dan kecewa pada saya. Sampai pada akhirnya, mereka tak mau mengakui saya lagi sebagai anaknya dan mengusir saya dari rumah.

Dengan berat hati, sayapun pergi dari rumah. Namun, Alhamdulillah Allah memberi kekuatan pada saya.

Kecintaan saya pada Islam, mengalahkan rasa cinta saya pada keluarga yang selama ini memanjakan saya.

Berat memang, tapi apa boleh buat, konsekuensi berat harus saya ambil.

Saya pun akhirnya menumpang di rumah nenek di Pati. Satu bulan saya di sana. Karena merasa tidak kerasan, saya pun pamit untuk pergi ke Lamongan ke tempat teman saya. Dan Alhamdulillah keluarga teman saya di Lamongan sangat baik pada saya. Mereka orang-orang yang taat pada Islam. Oleh karena itu mereka mengajari saya mengaji. Sehingga banyak hal yang saya dapatkan dari mereka.

Karena malu terlalu lama menumpang, akhirnya saya pamit untuk pulang ke Yogyakarta. Di Yogyakarta, saya ikut Pak Dauzan Farouk mengelola perpustakaan Mabulir. Subhanallah, pak Dauzan yang baik mengangkat saya sebagai anaknya.

Pak Dauzan yang baik, tidak pernah berhenti membantu saya. Beliau sering mengajak saya untuk mengikuti kajian tentang keislaman di berbagai Majelis Ta'lim. Saya kembali belajar mengaji kepada beliau. Dan alhamdulillah sedikit demi sedikit, saya sudah mulai bisa membaca Alquran. Semoga Allah membalas kebaikan Pak Dauzan. amieen.

sumber: Tabloid MQ EDISI 12/TH.2/April 2002

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer