Memuat...
Kethek Saranggon
Artinya: Kumpulan orang yang berlaku Jahat.
Jahat disini adalah orang yang melakukan balas dendam yang tak pernah habis dan orang yang merebut hak yang bukan miliknya dengan cara pemaksaan (apapun). Kekhawatiran terbesar dari kita adalah bahwa siklus dendam dan rakus dari manusia yang tidak habis akan menyebabkan keterkaitan Karma Buruk bagi kesatuan umat manusia, yang menyebabkan degladasi Atma yang terus menerus merosot.
Sejak awal bahwa banyak ajaran yang tidak memiliki sifat larangan – Jangan – Ojo – Tidak – dsb-nya, namun beriring dengan terbentuknya kelompok-kelompok yang lepas dari ajaran Budhi, maka pada tingkat ajaran yang lebih bawah muncullah ajaran yang bersifat kata negatif atau larangan tadi, contohnya bisa dikatakan awal ajaran adalah Maafkan/Ampuni orang lain, karena kemerosotan maka kata depannya ada kata larangan seperti Jangan Mendendam/membalas (Ojo mbalas dendam).
Sekarang inilah saatnya setiap dari kita agar keluar dari lingkaran laku jahat (dendam dan rakus), jika sudah demikian maka saatnyalah kita ada penyadaran diri tidak karena larangan bahkan ancaman. Karena kalau kita terus menerus dalam lingkaran laku jahat, maka kita telah menciptakan pusaran kesengsaraan/penderitaan yang mendalam bagi Atma diri kita maupun yang ikut terseret didalamnya karena tak berdaya upaya karena memiliki upaya jahat.
Dalam kehidupan berumah tangga, “Kethek Saranggon”, senantiasa selalu menciptakan suasana saling mengampuni dan memberi, jika saat ini terlibat dalam dendam dan kerakusan, segeralah keluar dari sana, sebelum terseret dan terjadi kehancuran dalam keluarga. Dendam dan kerakusan tak mengenal saudara, sahabat, semuanya bisa dilibas dan menjadi korban. Kita tidak bisa menduga kita menciptakan kerusakan yang parah, jika tidak segera keluar dari sana.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), yang mengajarkan dendam dan kerakusan akan merusak anak/murid secara “dalam”. Efeknya bergenerasi generesi terus menerus, dan ini sangat menyedihkan semua mahluk, sebab untuk kembali atau membalikan, sangatlah sulit dan akan banyak memakan korban.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), fungsi budaya, segala seni, dan tataran kemasyarakat yang ada ritual acara adalah ajaran/pesan dari leluhur kita untuk membangun masyarakat dalam kumpulan dan kegiatan yang baik, agar masyarakat tidak terjebak pada kumpulan yang jahat.
Saya sangat bangga dengan beberapa daerah di Sumatera, dan juga pagelaran wayang di jawa, seni tari, dan kebgiatan budaya, karena memberi dampak kehidupan yang baik. Kebanggaan juga di tujukan kepada Pulau Dewata yang terus kegiatan setiap hari tidak lepas dari budaya kegiatan yang bersifat saling kumpul, seni, kegiatan yang melepaskan berkembangnya kumpulan yang jahat.
Mari kita dukung segala bentuk upaya orang-orang yang senantiasa akan melakukan kegiatan-kegiatan seni budaya. Termasuk budaya Sarasehan – Diskusi harus kita tingkatkan.
Artinya: Kumpulan orang yang berlaku Jahat.
Jahat disini adalah orang yang melakukan balas dendam yang tak pernah habis dan orang yang merebut hak yang bukan miliknya dengan cara pemaksaan (apapun). Kekhawatiran terbesar dari kita adalah bahwa siklus dendam dan rakus dari manusia yang tidak habis akan menyebabkan keterkaitan Karma Buruk bagi kesatuan umat manusia, yang menyebabkan degladasi Atma yang terus menerus merosot.
Sejak awal bahwa banyak ajaran yang tidak memiliki sifat larangan – Jangan – Ojo – Tidak – dsb-nya, namun beriring dengan terbentuknya kelompok-kelompok yang lepas dari ajaran Budhi, maka pada tingkat ajaran yang lebih bawah muncullah ajaran yang bersifat kata negatif atau larangan tadi, contohnya bisa dikatakan awal ajaran adalah Maafkan/Ampuni orang lain, karena kemerosotan maka kata depannya ada kata larangan seperti Jangan Mendendam/membalas (Ojo mbalas dendam).
Sekarang inilah saatnya setiap dari kita agar keluar dari lingkaran laku jahat (dendam dan rakus), jika sudah demikian maka saatnyalah kita ada penyadaran diri tidak karena larangan bahkan ancaman. Karena kalau kita terus menerus dalam lingkaran laku jahat, maka kita telah menciptakan pusaran kesengsaraan/penderitaan yang mendalam bagi Atma diri kita maupun yang ikut terseret didalamnya karena tak berdaya upaya karena memiliki upaya jahat.
Dalam kehidupan berumah tangga, “Kethek Saranggon”, senantiasa selalu menciptakan suasana saling mengampuni dan memberi, jika saat ini terlibat dalam dendam dan kerakusan, segeralah keluar dari sana, sebelum terseret dan terjadi kehancuran dalam keluarga. Dendam dan kerakusan tak mengenal saudara, sahabat, semuanya bisa dilibas dan menjadi korban. Kita tidak bisa menduga kita menciptakan kerusakan yang parah, jika tidak segera keluar dari sana.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), yang mengajarkan dendam dan kerakusan akan merusak anak/murid secara “dalam”. Efeknya bergenerasi generesi terus menerus, dan ini sangat menyedihkan semua mahluk, sebab untuk kembali atau membalikan, sangatlah sulit dan akan banyak memakan korban.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), fungsi budaya, segala seni, dan tataran kemasyarakat yang ada ritual acara adalah ajaran/pesan dari leluhur kita untuk membangun masyarakat dalam kumpulan dan kegiatan yang baik, agar masyarakat tidak terjebak pada kumpulan yang jahat.
Saya sangat bangga dengan beberapa daerah di Sumatera, dan juga pagelaran wayang di jawa, seni tari, dan kebgiatan budaya, karena memberi dampak kehidupan yang baik. Kebanggaan juga di tujukan kepada Pulau Dewata yang terus kegiatan setiap hari tidak lepas dari budaya kegiatan yang bersifat saling kumpul, seni, kegiatan yang melepaskan berkembangnya kumpulan yang jahat.
Mari kita dukung segala bentuk upaya orang-orang yang senantiasa akan melakukan kegiatan-kegiatan seni budaya. Termasuk budaya Sarasehan – Diskusi harus kita tingkatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar