Memuat...
Sedhakep Ngawe-Ngawe
Artinya: Tergoda untuk berbuat lagi, walau sudah bertobat.
Kata motivator bahwa sukses bukan dihitung dari berapa kali mencapai target, tapi berapa kali anda gagal dan bangun lagi untuk mencapai target. artinya memperbaiki yang salah/gagal, bukan mgnulangnya. Demikian jika kalau kita berbuat kesalahan dan sudah berhenti, hendaknya kita cukup berhenti selesai, tapi kita malah sering berkeinginan untuk berbuat lagi kesalahan yang sama.
Dalam kehidupan kita, kita sering merindukan untuk memuaskan ego kita, ingin sekali bahwa semua adalah semau kita, maka ingin apapun itu adalah harus sesuai pengharapan kita.
Muncullah perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kaidah yang ada, dan inilah yang dianggap sebagai pemuas para ego diri.
Kesalahan yang kita buat dari perbuatan, yang mana saat menyadari untuk berhenti melakukan salah, apalagi diikuti berhentinya melakukan kesalahan, maka itu sudah merupakan kemajuan secara hakiki. Namun kebodohan kita jugalah yang selalu mengulang lagi, tergoda untuk lakukan lagi, karena untuk memuaskan ego sesaat.
Kebodohan yang dipelihara itu akan membuat kemerosotan nurani, yang akhirnya berpengaruh secara akumulatif ke semuanya.
Dalam Kehidupan berumah tangga, “Sedhakep Ngawe-Ngawe”, sudahlah… kalau sudah pernah buat salah, jangan pernah berpikir untuk nyoba-nyoba atau memberikan dispensasi/alasan diri, apalagi dengan semboyan sakti “manusia tidak bisa luput dari salah.”, sungguh saya katakan bahwa harusnya “manusia tidak akan buat kesalahan kalau dia tidak mau, tidak lalai, dan tidak menyerah.”
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), anak-anak atau murid yang berhasil adalah mereka yang bisa belajar dari kesalahan orang tua dan guru mereka, disamping teladan baik orang tua dan gurunya.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), mari kita putuskan hubungan dengan segala kesalahan-kesalahan yang telah menjadi penyakit masyarakat… Mari renungkan dan temukan penyakit itu.
Artinya: Tergoda untuk berbuat lagi, walau sudah bertobat.
Kata motivator bahwa sukses bukan dihitung dari berapa kali mencapai target, tapi berapa kali anda gagal dan bangun lagi untuk mencapai target. artinya memperbaiki yang salah/gagal, bukan mgnulangnya. Demikian jika kalau kita berbuat kesalahan dan sudah berhenti, hendaknya kita cukup berhenti selesai, tapi kita malah sering berkeinginan untuk berbuat lagi kesalahan yang sama.
Dalam kehidupan kita, kita sering merindukan untuk memuaskan ego kita, ingin sekali bahwa semua adalah semau kita, maka ingin apapun itu adalah harus sesuai pengharapan kita.
Muncullah perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan kaidah yang ada, dan inilah yang dianggap sebagai pemuas para ego diri.
Kesalahan yang kita buat dari perbuatan, yang mana saat menyadari untuk berhenti melakukan salah, apalagi diikuti berhentinya melakukan kesalahan, maka itu sudah merupakan kemajuan secara hakiki. Namun kebodohan kita jugalah yang selalu mengulang lagi, tergoda untuk lakukan lagi, karena untuk memuaskan ego sesaat.
Kebodohan yang dipelihara itu akan membuat kemerosotan nurani, yang akhirnya berpengaruh secara akumulatif ke semuanya.
Dalam Kehidupan berumah tangga, “Sedhakep Ngawe-Ngawe”, sudahlah… kalau sudah pernah buat salah, jangan pernah berpikir untuk nyoba-nyoba atau memberikan dispensasi/alasan diri, apalagi dengan semboyan sakti “manusia tidak bisa luput dari salah.”, sungguh saya katakan bahwa harusnya “manusia tidak akan buat kesalahan kalau dia tidak mau, tidak lalai, dan tidak menyerah.”
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), anak-anak atau murid yang berhasil adalah mereka yang bisa belajar dari kesalahan orang tua dan guru mereka, disamping teladan baik orang tua dan gurunya.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), mari kita putuskan hubungan dengan segala kesalahan-kesalahan yang telah menjadi penyakit masyarakat… Mari renungkan dan temukan penyakit itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar