Memuat...
Ngalem Legining Gula
Artinya: Memuji yang memang pintar/baik.
Ada dua sisi yang bisa dipetik pelajaran dari falsafah ini… Yang pertama adalah bahwa memang orang yang pintar/baik sudah selayaknya untuk diberikan pujian dan penghargaan, sehingga bisa dijadikan contoh bagi yang lain. Namun di samping itu juga yang kedua adalah bahwa tidak usah berlebihan untuk muji-muji orang yang semua orang sudah tahu orang itu baik, karena terkesan hanya sebagai penjilat saja.
Penting memberikan penghargaan atau pujian, tapi adalah lebih penting adalah bahwa bagaimana kita menteladani yang pintar/baik atau bahkan menjadi teladan bagi orang lain, tanpa punya motif mau mengambil keuntungan dari dari orang lain.
Dalam Kehidupan berumah tangga, “Ngalem Legining Gula”, dipakai untuk saling membangun komunikasi kedalam atau kepada pasangan sendiri. Saling memberikan pujian dan saling memberikan teladan adalah hal baik yang harus terus dilakukan agar kehihidupan rumah tangga tidak statis.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), kadang orang tua/guru tidak ingin memberikan pujian kepada anak-anak/muridnya karena dikhawatirkan mereka berhenti untuk belajar dan merasa sudah cukup. Namun pujian ada biasanya ditunjukan melalui perhatian yang diberikan. Jadi anak-anak/murid belajarlah bukan untuk dapat pengakuan/pujian dari orang tua/guru, tapi karena memang itu akan ada, namanya gula itu pasti legit/manis, yang namanya kebaikan/kepintaran akan ada penghargaan/pujian-nya.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), dalam masyarakat kita banyak jumpai bahwa kadang kita memuji seseorang dengan tidak tulus padahal mereka memang layak diberikan pujian, dan karena memang mereka baik/pinter, hal ini bisa didasari lantaran kita terlalu banyak memberikan sekat/predikat/kotak, sehingga kalau bukan dari golongan/kelompoknya maka ya jadi gak tulus.
Akan tetapi adalah yang terpenting adalah mari kita berlomba-lomba berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya tanpa perlu ada motif tertentu.
Artinya: Memuji yang memang pintar/baik.
Ada dua sisi yang bisa dipetik pelajaran dari falsafah ini… Yang pertama adalah bahwa memang orang yang pintar/baik sudah selayaknya untuk diberikan pujian dan penghargaan, sehingga bisa dijadikan contoh bagi yang lain. Namun di samping itu juga yang kedua adalah bahwa tidak usah berlebihan untuk muji-muji orang yang semua orang sudah tahu orang itu baik, karena terkesan hanya sebagai penjilat saja.
Penting memberikan penghargaan atau pujian, tapi adalah lebih penting adalah bahwa bagaimana kita menteladani yang pintar/baik atau bahkan menjadi teladan bagi orang lain, tanpa punya motif mau mengambil keuntungan dari dari orang lain.
Dalam Kehidupan berumah tangga, “Ngalem Legining Gula”, dipakai untuk saling membangun komunikasi kedalam atau kepada pasangan sendiri. Saling memberikan pujian dan saling memberikan teladan adalah hal baik yang harus terus dilakukan agar kehihidupan rumah tangga tidak statis.
Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), kadang orang tua/guru tidak ingin memberikan pujian kepada anak-anak/muridnya karena dikhawatirkan mereka berhenti untuk belajar dan merasa sudah cukup. Namun pujian ada biasanya ditunjukan melalui perhatian yang diberikan. Jadi anak-anak/murid belajarlah bukan untuk dapat pengakuan/pujian dari orang tua/guru, tapi karena memang itu akan ada, namanya gula itu pasti legit/manis, yang namanya kebaikan/kepintaran akan ada penghargaan/pujian-nya.
Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), dalam masyarakat kita banyak jumpai bahwa kadang kita memuji seseorang dengan tidak tulus padahal mereka memang layak diberikan pujian, dan karena memang mereka baik/pinter, hal ini bisa didasari lantaran kita terlalu banyak memberikan sekat/predikat/kotak, sehingga kalau bukan dari golongan/kelompoknya maka ya jadi gak tulus.
Akan tetapi adalah yang terpenting adalah mari kita berlomba-lomba berbuat kebajikan sebanyak-banyaknya tanpa perlu ada motif tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar