Sela Gilang Parangkusumo, Tempat Kencan Ratu Kidul dan Raja Mataram

Memuat...

Ratu Kidul menyetujui apa yang diminta oleh Senopati dengan syarat Senopati dan keturunannya yang kelak menjadi raja Mataram harus bersedia menjadi suami Ratu Kidul.


                             Dua buah batu Sela Gilang di Parangkusumo yang juga disebut Batu Cinta

Cepuri Parangkusumo terletak di Dusun Mancingan, Kelurahan Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini dapat dijangkau melalui Jl. Parangtritis ke selatan (arah pantai).
Cepuri Parangkusumo berada di pinggir pantai Samudera Hindia. Lokasi Cepuri Parangkusmo berada di sisi barat dari Pantai Parangtritis. Jarak Cepuri Parangkusumo dengan Kota Yogyakarta sekitar 30 kilometer.
Cepuri Parangkusumo merupakan pagar tembok keliling dengan banyak lubang di tengah dinding temboknya yang dibuat berjajar dengan ukuran lubang sekitar 40 cm x 12 cm, dengan ketebalan dinding tembok sekitar 20 cm.


                                         Bagian depan dari Cepuri Parangkusumo

Ukuran cepuri tersebut sekitar 8 m x 10 m, dan tingginya sekitar 65 cm. Gerbang cepuri terletak di sisi selatan (menghadap laut). Gerbang ini berbentuk gapura padureksa dengan atap di atas-tengah gapura. Tinggi gerbang tersebut sekitar 2,5 m. Lebar gapura sekitar 175 cm. Gapura dilengkapi dengan pintu berbentuk jeruji yang terbuat dari kayu setinggi sekitar 60 cm.

Gapura ini juga dilengkapi dengan kentongan yang diletakkan di sisi kanan depan. Kentongan difungsikan untuk tengara atau kode memanggil juru kunci, dan juga digunakan jika terjadi segala sesuatu yang bersifat darurat. Di dalam cepuri tersebut terdapat dua buah batu (batu karang) di tengah hamparan pasir pantai.

Dua buah batu inilah yang menjadi pusat dibangunnya cepuri atau pagar tembok. Sebuah batu karang yang terletak di sisi belakang (dekat tembok belakang) berukuran lebih besar daripada batu karang yang terletak di sisi selatan (depannya) yang dalam lingkupan tembok cepuri menjadi berada di bagian tengah. Kedua batu karang tersebut populer dengan nama Sela Gilang, namun ada pula yang menjulukinya Batu Cinta.
                                      Salah satu gedung kembar di sisi depan Cepuri Parangkusumo


Ukuran panjang batu karang yang terletak di bagian paling belakang dari ruang cepuri sekitar 150 cm dan lebar bagian tengah atau terbesarnya sekitar 75-100 cm. Sementara itu batu karang yang terletak di sisi selatan (dekat pintu gerbang) memiliki ukuran lebih kecil. Ukuran panjang Sela Gilang di dekat pintu gerbang ini sekitar 110 cm dan lebar bagian tengah atau terbesarnya sekitar 50 cm. Kecuali Cepuri Parangkusumo yang berisi dua buah batu yang disebut Sela Gilang, di kompleks Pantai Parangkusumo juga terdapat aneka bangunan lain.

Pada sisi depan cepuri terdapat dua bangunan kembar yang saling berhadapan. Bangunan kembar tersebut digunakan untuk meletakkan aneka peralatan menjelang pelaksanaan upacara Labuhan Parangkusumo. Ukuran bangunan kembar tersebut sekitar 4 m x 2,5 m. Sementara di sisi belakang kanan dan kiri Cepuri Parangkusumo terdapat bangunan (balai) tanpa dinding. Bangunan ini digunakan untuk tempat istirahat bagi para wisatawan atau peziarah. Balai ini berukuran sekitar 5 m x 5 m.

Di depan gapura utama (paling luar) ini juga terdapat kompleks bangunan lain yang difungsikan sebagai semacam taman. Selain itu, ada pula gapura sisi belakang (utara) yang berukuran relatif lebih kecil daripada gapura bagian selatan (utama). Kedua gapura terluar dari kompleks Cepuri Parangkusumo ini dilengkapi pula dengan patung raksasa kembar, Dwarapala sebagai penjaga (penolak bala).

                                          Sisi dalam Cepuri Parangkusumo

Parangkusumo menjadi tempat yang terkenal dan disakralkan karena berkaitan dengan kisah hidup pendiri Dinasti Mataram, Panembahan Senopati yang memiliki nama kecil Danang Sutawijaya. Disebutkan dalam berbagai sumber cerita bahwa suatu ketika Sutawijaya yang waktu itu tengah menyiapkan diri untuk mendirikan kerajaan bertapa di tepi Laut Selatan.

Semadi yang dilakukan Danang Sutawijaya ini mengakibatkan binatang laut (ikan) berhamburan dan bergeleparan di pantai. Hal ini terjadi karena semadi yang dilakukan Sutawijaya menimbulkan hawa panas, pun bagi air laut. Pergolakan di laut ini mengakibatkan Ratu Kidul yang menguasai dunia gaib Laut Selatan keluar dari laut dan mencari penyebab pergolakan atau hawa panas di dalam laut. Di tepi pantai Ratu Kidul menemukan sesosok lelaki gagah tengah bersemadi.

Dia segera tahu bahwa penyebab hawa panas tersebut adalah karena semadi yang dilakukan oleh pria itu, Panembahan Senopati. Ratu Kidul menanyakan apa yang dikehendaki Senopati. Senopati menjawab bahwa ia menginginkan agar Ratu Kidul membantunya dalam mendirikan dan membesarkan Kerajaan Mataram yang sedang dirintisnya.

Ratu Kidul menyetujui permintaan Senopati dengan syarat Senopati dan keturunannya yang kelak menjadi raja Mataram harus bersedia menjadi suami Ratu Kidul. Senopati menyetujui syarat ini asalkan perkawinan antara dia sebagai raja Mataram dan keturunannya dengan Ratu Kidul tidak membuahkan anak atau keturunan.

Akhirnya keduanya pun sepakat. Pertemuan keduanya di pantai ini dilakukan di atas batu karang yang kemudian dikenal sebagai Sela Gilang Parangkusumo. Oleh karena di dua batu itulah ikatan cinta terjadi, maka batu tersebut juga sering dijuluki sebagai Batu Cinta.
(Naskah & foto: A.Sartono.http://tembi.net/)

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer