Memuat...
Cerita ini dialami saat mengikuti rapat kerja di sebuah hotel berpanorama asri di lokasi wisata Kabupaten Semarang. Mendadak peserta rapat bertemu dengan sosok makhluk halus berperawakan indo. Kisah menyeramkan dialami Ardianto ini ketika baterry ponselnya mati. Berikut ini penuturannya.
Begini ceritanya, pada saat acara berlangsung baterai ponselku habis. Aku berinisiatif meminjam kamar panitia yang kebetulan dekat dengan ruang sidang. Pas aku masuk ke kamar bernomor 3xx itu, bulu kudukku rasanya merinding dan aku sepeti terhipnotis dengan menyelusuri seluruh ruangan hingga aku menemukan suatu pintu dan membukanya.
Di situ hanya terdapat tumpukan batu bata merah dan pipa pembuangan yang cukup besar. Aku merabanya. Ketika tanganku menyentuh, entah kenapa tiba-tiba aku merasa ingin menyentuhnya, tapi tiba-tiba ada yang membisiki aku dan berkata, “Hai…aku mau cerita dong sama kamu”.
Suara itu begitu mendayu-dayu di telingaku. Aku menoleh ke sekitar ternyata tidak ada orang. Teman yang aku ajak ternyata sedang berada di kamar mandi, sehingga ketika tersadar aku langsung berinisiatif untuk pergi dari tempat itu dengan berlari sekencang-kencangnya dengan diikuti oleh temanku.
Setibanya di ruang sidang temanku bertanya tentang kejadian tadi. “Kamu kenapa, sih” tanya temanku sambil nafasnya tersengal-sengal.
“Aduh gila, kamar itu ada penunggunya,” kataku.
“Ada penunggunya gimana?”
“iya!, ada penunggunya”, tegasku, sembari kemudian aku menceritakan semua yang terjadi dengan menggambar tembok dan pipa yang akan aku sentuh tadi dengan secarik kertas. Di luar kesadaranku, gambar tersebut ternyata menjadi gambar seorang wanita cantik berparas indo berambut panjang agak bule, dan berpakaian gaun pengantin warna putih.
Aku mencoba membuat temanku untuk tenang dan berdiam, aku pun mencoba untuk berbicara dengan mahluk tersebut sambil mataku terpejam.
“Ada apa kamu ganggu-ganggu aku?” kataku
Makhluk itu menjawab, “Aku cuma mau cerita, aku butuh teman bicara”
“Ya sudah, kamu mau cerita apa?”
“Aku dulu pernah tinggal dengan pacarku di sini selama 3 bulan, setelah itu dia ke Jakarta mau memberitahu keluarganya untuk melamar aku, tapi aku tunggu hingga 2 bulan ternyata dia enggak pulang-pulang juga, aku mulai frustrasi, akhirnya aku bunuh diri saja”
“Hah!. Emang asal elo dari mana?”
“Ibuku Malaysia, ayahku Amerika. Makanya aku takut untuk pulang, karena ibuku pasti akan marah, lebih baik aku bunuh diri daripada aku pulang dengan tidak bersamanya. Hayolah tolong aku, kita pergi, bantu aku cari pacarku”.
Saat itu seluruh badanku gemetar. Aku takut dia akan membawaku, maka aku langsung membaca ayat kursi dan istigfar sebanyak-banyaknya.
Akhirnya dengan sendirinya dia menghilang. Akupun lega. Dan, ketika ku buka mata kulihat ketiga temanku saling berpelukan dengan wajah yang nampak ketakutan. (seperti dituturkan ardiyanto, gunungpati semarang)
Begini ceritanya, pada saat acara berlangsung baterai ponselku habis. Aku berinisiatif meminjam kamar panitia yang kebetulan dekat dengan ruang sidang. Pas aku masuk ke kamar bernomor 3xx itu, bulu kudukku rasanya merinding dan aku sepeti terhipnotis dengan menyelusuri seluruh ruangan hingga aku menemukan suatu pintu dan membukanya.
Di situ hanya terdapat tumpukan batu bata merah dan pipa pembuangan yang cukup besar. Aku merabanya. Ketika tanganku menyentuh, entah kenapa tiba-tiba aku merasa ingin menyentuhnya, tapi tiba-tiba ada yang membisiki aku dan berkata, “Hai…aku mau cerita dong sama kamu”.
Suara itu begitu mendayu-dayu di telingaku. Aku menoleh ke sekitar ternyata tidak ada orang. Teman yang aku ajak ternyata sedang berada di kamar mandi, sehingga ketika tersadar aku langsung berinisiatif untuk pergi dari tempat itu dengan berlari sekencang-kencangnya dengan diikuti oleh temanku.
Setibanya di ruang sidang temanku bertanya tentang kejadian tadi. “Kamu kenapa, sih” tanya temanku sambil nafasnya tersengal-sengal.
“Aduh gila, kamar itu ada penunggunya,” kataku.
“Ada penunggunya gimana?”
“iya!, ada penunggunya”, tegasku, sembari kemudian aku menceritakan semua yang terjadi dengan menggambar tembok dan pipa yang akan aku sentuh tadi dengan secarik kertas. Di luar kesadaranku, gambar tersebut ternyata menjadi gambar seorang wanita cantik berparas indo berambut panjang agak bule, dan berpakaian gaun pengantin warna putih.
Aku mencoba membuat temanku untuk tenang dan berdiam, aku pun mencoba untuk berbicara dengan mahluk tersebut sambil mataku terpejam.
“Ada apa kamu ganggu-ganggu aku?” kataku
Makhluk itu menjawab, “Aku cuma mau cerita, aku butuh teman bicara”
“Ya sudah, kamu mau cerita apa?”
“Aku dulu pernah tinggal dengan pacarku di sini selama 3 bulan, setelah itu dia ke Jakarta mau memberitahu keluarganya untuk melamar aku, tapi aku tunggu hingga 2 bulan ternyata dia enggak pulang-pulang juga, aku mulai frustrasi, akhirnya aku bunuh diri saja”
“Hah!. Emang asal elo dari mana?”
“Ibuku Malaysia, ayahku Amerika. Makanya aku takut untuk pulang, karena ibuku pasti akan marah, lebih baik aku bunuh diri daripada aku pulang dengan tidak bersamanya. Hayolah tolong aku, kita pergi, bantu aku cari pacarku”.
Saat itu seluruh badanku gemetar. Aku takut dia akan membawaku, maka aku langsung membaca ayat kursi dan istigfar sebanyak-banyaknya.
Akhirnya dengan sendirinya dia menghilang. Akupun lega. Dan, ketika ku buka mata kulihat ketiga temanku saling berpelukan dengan wajah yang nampak ketakutan. (seperti dituturkan ardiyanto, gunungpati semarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar