Obah Mamah

Memuat...
Obah Mamah

Artinya: Ada usaha, akan dapat rejeki (makan)

Siapa bilang mencari uang itu sulit, mempertahankan urusan perut itu sukar? Jika iya, maka boleh jadi karena memang usaha yang tidak dilakukan (tidak mau gerak), atau yang kedua adalah rakus atau tidak pernah puas.
Manusia hanya bisa dijatuhkan oleh dirinya sendiri, maka jika orang mengatakan dia kekurangan maka yang salah adalah dirinya sendiri.
Lalu pertanyaanya muncul, saya sudah berusaha keras, telah banting daging remukan tulang, kerja keras, tapi saya tetap masih kekurangan, saya tetap masih miskin, saya tetap makan secara teratur yaitu sehari makan sehari tidak, sehari makan, sehari tidak.
Padahal katanya kalau ada usaha pasti dapat rejeki (makan).
Mungkin akan di jawab, “Ooohh.. kalau memang bukan rejekinya maka mau di kejar akan tetap tidak dapat”, atau ada juga mengatakan bahwa “anda tidak beruntung, coba lagi”. Semua itu sebagai penghibur agar kita tetap bersemangat.

Usaha tidak hanyalah dari keras tidaknya, lama tidaknya, banting remuk tidaknya, tapi Usaha adalah suatu aktifitas yang harus didukung dengan ketepatan seperti gerak mengunyah (Obah), mengunyah aktifitas yang penuh ketepatan sehingga lidah tidak tergigit sendiri, dan kalau setiap kunyah dan tergigit lidahnya maka usaha yang tidak tepat atau ngawur. Jadi ibarat orang kerja keras tanpa hasil malah sengsara, itu adalah mengunyah dengan lebih banyak tergigit lidahnya.

Untuk bisa tepat, maka belajar dan berlatih, belajar dan berlatih, kemudian belajar dan berlatih.. Demikian juga dalam kehidupan kita ini.

Dalam kehidupan berumah tangga,”Obah Mamah”, saling mendukung dan memberikan semangat adalah penambahan darah seger terus menerus agar usaha-usaha yang dilakukan secara tepat akan menghasilkan. Pembelajaran diri untuk peningkatan diri adalah sebagai kewajiban untuk/demi usaha yang lebih maximal dan menuju pada sikap mental untuk selalu haus akan ilmu, harus ditanamkan dalam hidup berumah tangga.

Dalam hubungan orang tua dan anak (Guru dan Murid), anak/murid hendaknya senantiasa berusaha apa yang diamanatkan kepada mereka, karena itulah yang akan menjadi pengembangan diri secara utuh.

Dalam hubungan keluarga dengan keluarga lain (bermasyarakat), usaha-usaha yang kita lakukan haruslah berbentuk atau menjadi suatu karya nyata yang bisa menjadi manfaat bagi orang lain, jika usaha yang bersifat menhancurkan kesatuan masyarakat, nah ini bukanlah maksud falsafah yang dimaksud.

Related Post



Tidak ada komentar:

Postingan Populer